Duta Publik

H. Sariat Arifia : Tangkap Gurunya, Aksi Teror Pasti Selesai

975

dutapublik.com – MEDAN H. Sariat Arifia, seorang Penulis dan Pengajar, ikut angkat bicara tentang banyaknya kejadian Bom bunuh diri yang terjadi di Indonesia.

Ia menuangkan segala pemikirannya tentang aksi-aksi Bom bunuh diri. Dalam tulisan yang berjudul Siapa Gurunya ?.

“Sebagai seorang Pengajar sejak lama, begitu ada bom bunuh diri yang terjadi. Selalu saya bertanya tanya siapa Gurunya ?.”

“Ini penting, karena Kalau siapa pelakunya, ya ranah Kepolisian. Tapi soal ada orang sampai begitu berani melawan Pemerintah yang syah. Kemudian jalan sendirian membawa bom ke Markas Kepolisian. Maka, yang jadi sorotan saya siapa Gurunya ?.”

“Ini penting, karena Guru adalah orang membawa ajaran. Ajaran kayak apapun, kalau enggak ada Gurunya, ya enggak jalan, harus ada Gurunya. Sampai hari ini saya belum.membaca kajian lengkap Guru-Guru yang canggih ini siapa saja. Yang lebih banyak, malah cerita tafsiran politik kesana  kemari. Hti. Salafi. Wahabi. Ef pe i.”

“Kalau ada Kiai, Ustadz dan Guru manapun ajarannya ngebom orang, mau dari organisasi apapun tangkap aja langsung. Jangan ragu-ragu.”

“Kalau ada Guru yang bisa ngajar pakai internet sampe ada orang mau bawa pistol ke Markas Polisi, Perempuan lagi, sendirian. Terus terang, berarti ilmu komunikasi Gurunya lebih sempurna dari Guru mana aja. Effendi Ghazali saja, profesor komunikasi belum sampai ke sana ilmunya.”

“Nadiem Makarim lulusan Harvard malah dia mengeluh, dan keluhan dia mendasar. Karena Guru-Guru sekolah aja mengeluh enggak bisa sampein materi lewat materi zoom online. Tidak ter deliver.”

“Oleh karena itu, yang perlu di ungkap dan agar masalah ini selesai, tidak mengoyak ngoyak kebangsaan kita. Guru pembawa ajaran ini harus di ungkap dan di tangkap.”

“Polisi harus ungkap siapa gurunya. Guru dengan kualitas seperti ini, ya mungkin di dunia cuma 10 orang barangkali. Saya juga kalau disuruuh berbicara mengajar 20 menit lewat zoom, sudah letih juga. Kadang mengajarkan harus jujur, sabar dan tekun sama murid susahnya ampun ampun.”

“Negara harus mendukung penuh kepolisian. Butuh modal apa, berapa lama, sampai Gurunya ini tertangkap. Kalau Gurunya udah di tangkap, akan lebih jelas, dia ini pembawa ajarannya.

“Terorisme ini dengan mudahnya akan berakhir kalau Gurunya ditemukan dan ditangkap. Belanda ratusan tahun lalu pakai metode seperti ini. Tangkap Gurunya, buang jauh-jauh. Ya, selesai. Belanda akhirnya bisa melakukan kolonialisme diatas slogan gold, glory dan gospel.”

“Untuk mengakhir teror model seperti ini, kongkrit. Tangkap Gurunya, buang jauh-jauh.”

“Sebagai seorang pengajar, kalau melihat isi tata cara pengajaran yang sudah dilakukan. Materi awal inti akhir diborong jadi satu. Satu tema saja, Jihad, Itu saja.”

“Salah satu tokoh yang dianggap beraliran keras Almarhum Abu Jibril misalnya, Di depan rumahnya sudah di kontrak oleh Aparat Intelejen. Dan 24 jam, tiap detik, kerjanya tiap hari ya cuma liatin Abu Jibril saja, siapa yang bertamu, siapa yang sering datang, terus kalau di Masjid ketemu siapa.”

“Abu Jibril ini Pendakwah spesialis soal Jihad, bukunya pun ada. Jelas, terang benderang. Bukunya bagus menurut saya, wajib di baca, tinggal Guru yang mengajarkan saja.”

“Kalau memahami Jihad itu sebagai Sunguh-sungguh atau Kesungguhan, maka menjadi bagus. Tapi di sisi lain, ada yang memahami jihad itu sebagai harus Perang.”

“Sebenarnya, Kesungguhan itu pasti harus banyak yang diperangi. Dalam bulan Ramadhan misalnya, peperangan besar itu adalah perang melawan nafsunya, Ambisinya, Egonya dan tiap tahun dilatih terus. Tahun kemarin sabarnya 100, tahun ini 200 ya, jangan 100 terus, kalau 100 terus itu tandanya termasuk orang yang rugi.”

“Dalam mempelajari Tekstologi, turunnya Al-Quran secara sistematik, materi-materi tentang Jihad itu di akhir-akhir. Setelah berbagai kewajiban-kewajiban yang lain di jalankan dulu. Selalu di awali dengan pengenalan tentang Tuhan. Siapa itu Tuhan,  bagaimana sifat sifat Tuhan.”

“Dalam Pesantren-Pesantren, ketika masuk, biasanya selain kitab Nahwu Shorof, maka wajib belajar juga kitab sifat 20. Tentang Tuhan ini diwajibkan dipelajari, bahkan juga kitab-kitab tentang Adabul imInsan. Jelas kok, adab dulu baru ilmu.”

“Saya yakin di Institusi, baik Tentara  maupun Kepolisian Negara mana saja, tidak mungkin hari pertama sampai terakhir isi pelajarannya langsung soal menembak. Baru datang, ayo tembak, Yyo perang, pasti enggak ada. Banyak dulu bobot ajaran lainnya.”

“Jihad artinya Kesungguhan, bukan ngebom orang lain. Tidak ada satu perintah pun dalam Al-Quran, menyuruh yang tidak baik. Indonesia pun bisa merdeka karena Jihad.”

“Indonesia tidak akan tenteram, aman dan maju tanpa berjihad. Termasuk Polisi pun termasuk ke dalam orang-orang yang sedang berjihad. Anggaran suka kurang, tapi tugas wajib dilaksanakan. Apa enggak Jihad namanya ?. Dengan segala kekurangan harus ikhtiar supaya tugas harus selesai.”

“Bapak presiden Jokowi, dari awal sudah menyatakan kerja, kerja dan kerja. Bagi saya, ini artinya orang lagi berjihad. Jangan kendur.”

“Masyarakat sudah letih dengan kejadian bom bunuh diri. Benar-benar letih dan cape dengan isu itu lagi, Itu lagi. Sudah kayak kaset kusut, diputar putar lagi. Masyarakat ingin ini selesai.”

“Oleh karena itu penting buat POLRI segera menuntaskan harapan masyarakat dan Negara, segera tangkap Gurunya.”

“POLRI tidak akan pernah sanggup menyelesaikan kasus teror ini, kecuali berjihad (benar benar bersungguh sungguh) dengan melakukan Presisi Akbar,” tulisnya. (AVID)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!